Kamis, 09 November 2017

Makna dari “Pejuang ASI”

Awalnya saya tidak mengerti mengapa ada istilah “Pejuang ASI” bagi ibu-ibu menyusui. Setahu saya menyusui hanyalah sesuatu yang wajar setelah seorang ibu melahirkan. Namun, setelah merasakan sendiri, tampaknya saya mulai paham mengapa muncul istilah tersebut.

Saya merupakan seorang ibu baru yang baru saja melahirkan sekitar tiga setengah bulan yang lalu. Alhamdulillah proses melahirkan secara normal berjalan lancar. Pada hari yang sama dengan hari kelahiran anak pertama tersebut, ASI saya sudah keluar. It looks like everything’s smooth and nothing’s wrong. Tapi ternyata tidak semudah itu. Pada hari ketiga saya dapat pulang dari rumah sakit. Hari pertama setelah pulang dari rumah sakit masih berjalan lancar. Hari kedua, something happened. Anak saya BAB tetapi tidak kunjung BAK. Setelah ditunggu lama, sangat lama barulah sang anak BAK dan itu hanya sedikit sekali. Dia pun sangat rewel. Saya mulai panik, semakin panik, dan amat sangat panik. Saya berencana membawanya ke dokter spesialis anak. Namun, dia sudah semakin rewel. Saya coba mengeluarkan ASI untuk mengetahui seberapa banyak jumlahnya, dan ternyata amat sangat sedikit. Akhirnya saya membuka segel susu formula yang dibawakan dari rumah sakit. Dengan berat hati saya terpaksa harus membuat susu formula untuk diminumnya. Saya sampai menangis saat akan memutuskan hal tersebut. Ternyata benar, anak minum cukup banyak, artinya ASI saya saat itu tidak memadai untuk memenuhi kebutuhannya.

Saya masih tidak menerima kondisi tersebut dan tetap berharap agar anak saya bisa full ASI. Saya pun berjuang, tentunya dengan bantuan orang-orang di sekitar. Ibu saya setiap hari memasakkan sayur bayam, menu sehat, dan selalu menyediakan buah. Suami membelikan susu, jamu kemasan paket melahirkan, marning, dan edamame. Bahkan kakak ipar pun turut membantu dengan setiap hari ke pasar lalu mengantarkan jamu wejah ke rumah. I’m so thankful to people around me. Setiap hari saya harus melahap itu semua. Jamu sepahit itu pun tetap diminum. Obat dari dokter juga rutin saya konsumsi. Semua demi menghasilkan ASI yang memadai untuk anak dan tidak boleh ada kata bosan untuk sayur bayam serta makanan sehat.

Alhamdulillah, perjuangan membuahkan hasil yang memuaskan. Setelah selama 2 hari minum susu formula, akhirnya ASI sudah memadai. Saya mencoba memompa dan hasilnya sudah sama dengan takaran susu formula yang diminum sesuai kebutuhan anak saya. Dia akhirnya dapat kembali menikmati ASI sepenuhnya, minuman paling nikmat di dunia baginya. Beruntungnya anak saya tetap meminum ASI dengan lahap dan tidak bingung puting walaupun sempat minum lewat botol selama 2 hari. Terima kasih nak, pasti kamu sangat berjuang.

Tidak hanya itu saja. Saat usia anak sekitar 3 bulan, dia batuk dan demam. Kondisi yang sedang tidak enak tersebut membuatnya minum ASI lebih sedikit dari biasanya. Setelah sembuh, keinginannya untuk minum sudah pulih lagi. Namun, produksi ASI saya justru tidak sebanyak biasanya. Alhamdulillah, dia tetap semangat untuk menyusu kepada saya. Mungkin daya hisapnya dengan sendirinya memulihkan produksi ASI, sehingga produksi ASI saya pun kembali normal. Terima kasih nak untuk perjuanganmu.

Masih ada kisah lainnya. Waktu itu saya juga pernah mengalami mood yang sangat jelek. Tadinya saya tidak mengira bahwa itu akan berpengaruh pada produksi ASI. Namun, saya benar-benar mengalami sendiri. Ternyata produksi ASI saya menurun saat saya merasa sangat bad mood. Akhirnya saya berusaha sebisa mungkin untuk menghindari bad mood. Beruntungnya, sang anak tetap semangat untuk menyusu dan ASI saya produksinya dapat membaik dengan cepat. Alhamdulillah.

Sekitar usia anak tiga setengah bulan ada lagi yang terjadi. Saya merasa bahwa produksi ASI stabil, tetapi anehnya dia seperti sudah kehabisan ASI di pd kanan lalu akhirnya saya pun melanjutkan ke pd yang kiri. Saya tekan memang pd kanan ASInya sudah tidak keluar lagi. Padahal pd itu rasanya masih kencang di sebagian sisi, terasa masih ada ASI di dalamnya. Rasanya pun sangat sakit. Akhirnya setelah anak saya tidur, langsung saya melakukan kompres air hangat dan massage pd dengan baby oil. Setelah anak saya menyusu lagi barulah terasa bahwa bagian yang tadi ASInya seperti masih tertampung sudah mau kluar. Pd saya pun akhirnya normal kembali, tidak terasa kencang dan sakit. Terima kasih nak sudah membantu perjuangan ini.

Sejak saat itu saya sadar bahwa menyusui memang butuh perjuangan. Mungkin itulah yang membuat muncul istilah pejuang ASI bagi ibu-ibu yang menyusui. Tetap semangat ya ibu-ibu untuk terus dapat menyusui hingga anak usia 2 tahun.


Jangan lupa bahagia 😊

Menyapih dengan Rela (Last Part)

Langsung kita lanjutkan postingan sebelumnya, yaitu Menyapih dengan Rela (Part 3) . Sakit membuatnya jauh dari kata nyaman. Nafsu makan pun ...