Selasa, 16 Januari 2018

Anak Kita Butuh Ibu yang Percaya Diri

Menjadi seorang Ibu tentunya suatu hal yang sangat didambakan sebagian besar wanita. Saat waktu itu tiba tidak hanya bahagia yang terasa, tetapi juga ada rasa haru di dalamnya. Namun, tidak hanya itu, ada juga sebuah tanggung jawab besar yang menyertainya. Seorang manusia baru terlahir di dunia, dia membutuhkan seorang Ibu untuk merawatnya, membesarkannya, juga mendidiknya. Ada sebuah nyawa yang bersandar sepenuhnya kepada seorang Ibu.

Menangis, ya itulah caranya untuk berkomunikasi. Dengan menangis dia dapat mengungkapkan bahwa dia lapar, mengantuk, ataupun tidak nyaman. Menafsirkan tangisannya bukanlah hal yang mudah. Banyak orang yang salah menafsirkan tangisannya, walaupun mereka yakin dan cukup pengalaman sehingga merasa tahu betul arti tangisannya. Herannya, Ibu sang bayi lah yang biasanya memiliki tafsiran lebih akurat tentang tangisan bayinya, meskipun dia hanyalah seorang Ibu baru. Entah itu karena terbiasa, sekedar kebetulan, atau memang anugerah dari Sang Pencipta.

Dalam memenuhi kebutuhan seorang bayi tentu saja banyak masukan dari kanan kiri yang pastinya semua merasa bahwa pendapatnya tersebut benar. Nah, di sinilah seorang  Ibu berperan besar. Ibu harus dapat mengambil keputusan dengan penuh keyakinan, bukan hanya sekedar mengikuti kata orang. Seorang Ibu harus terus belajar. Semua saran tidak dapat diterima begitu saja, tetapi harus disaring dan dipertimbangkan dahulu. Perlu banyak mencari informasi, baik dari membaca, bertanya pada dokter spesialis anak, maupun berbincang dengan sesama Ibu.

Bagaimana jika seorang Ibu sudah merasa bahwa keputusannya benar dan sudah banyak referensi tetapi masih ada orang yang menganggap itu salah? Tetaplah percaya diri. Itu kunci utamanya. Semua saran memang harus didengarkan, tetapi tidak harus diterapkan. Bagaimana jika kita pada posisi sebagai orang yang memberi saran? Berlapang hati merupakan suatu keharusan bila saran tidak diterapkan, hargailah seorang Ibu yang sedang mengusahakan hal terbaik untuk anaknya tersebut.

Saya pernah membaca di sosial media. Ada seorang Ibu yang bercerita bahwa dia sedang mengusahakan ASI eksklusif tanpa makanan pendamping apapun untuk bayinya hingga usia 6 bulan. Suatu hari bayinya menangis, sang Ibu yakin penyebabnya bukanlah ASI yang kurang, tetapi orang di rumahnya berpendapat bahwa bayi itu lapar dan harus diberi makanan (bukan ASI ataupun susu formula). Parahnya saat sang Ibu mandi, bayi tersebut diberi makan pisang oleh orang di rumah. Terkejutlah Ibu tersebut setelah selesai mandi dan langsung menangis. Jika sang Ibu juga berencana memberi makanan pendamping tentu saja hal itu bukan masalah. Sayangnya, ada orang yang memutuskan suatu hal terhadap sang bayi tanpa menanyakannya kepada Ibu tersebut. Saya ikut sedih saat membaca cerita itu. Sebenarnya sang Ibu sudah yakin dan memiliki keteguhan hati, sayang ada pihak lain yang menggagalkan rencana baiknya.

Mengenai perbedaan pendapat, banyak juga pro kontra mengenai memberi MPASI untuk bayi yaitu mana yang terbaik antara BLW (Baby Led Weaning) dan spoon feeding, atau justru kombinasi antara keduanya. Pemilihan menu spoon feeding pun juga ada perbedaan pendapat, antara diawali dengan menu tunggal atau langsung menu 4 bintang. Sebenarnya hal tersebut tidak perlu dirisaukan. Yang terbaik bagi bayi adalah keyakinan Ibunya dalam mengambil keputusan dan tentu saja harus dilandasi pengetahuan yang cukup mengenai hal tersebut. Percaya diri dibutuhkan di sini. Jangan mudah tumbang dengan perkataan orang. Your babies need you, Mom. Babies don’t care about BLW, spoon feeding, or another method. They just need to know that you are there for taking care of them.

So, be confidence Mom 😊



Menyapih dengan Rela (Last Part)

Langsung kita lanjutkan postingan sebelumnya, yaitu Menyapih dengan Rela (Part 3) . Sakit membuatnya jauh dari kata nyaman. Nafsu makan pun ...