Menjadi seorang Ibu tentunya suatu hal yang sangat
didambakan sebagian besar wanita. Saat waktu itu tiba tidak hanya bahagia yang
terasa, tetapi juga ada rasa haru di dalamnya. Namun, tidak hanya itu, ada juga
sebuah tanggung jawab besar yang menyertainya. Seorang manusia baru terlahir di
dunia, dia membutuhkan seorang Ibu untuk merawatnya, membesarkannya, juga
mendidiknya. Ada sebuah nyawa yang bersandar sepenuhnya kepada seorang Ibu.
Menangis, ya itulah caranya untuk berkomunikasi. Dengan
menangis dia dapat mengungkapkan bahwa dia lapar, mengantuk, ataupun tidak
nyaman. Menafsirkan tangisannya bukanlah hal yang mudah. Banyak orang yang
salah menafsirkan tangisannya, walaupun mereka yakin dan cukup pengalaman
sehingga merasa tahu betul arti tangisannya. Herannya, Ibu sang bayi lah yang biasanya
memiliki tafsiran lebih akurat tentang tangisan bayinya, meskipun dia hanyalah
seorang Ibu baru. Entah itu karena terbiasa, sekedar kebetulan, atau memang
anugerah dari Sang Pencipta.
Dalam memenuhi kebutuhan seorang bayi tentu saja banyak
masukan dari kanan kiri yang pastinya semua merasa bahwa pendapatnya tersebut
benar. Nah, di sinilah seorang Ibu
berperan besar. Ibu harus dapat mengambil keputusan dengan penuh keyakinan,
bukan hanya sekedar mengikuti kata orang. Seorang Ibu harus terus belajar. Semua
saran tidak dapat diterima begitu saja, tetapi harus disaring dan
dipertimbangkan dahulu. Perlu banyak mencari informasi, baik dari membaca,
bertanya pada dokter spesialis anak, maupun berbincang dengan sesama Ibu.
Bagaimana jika seorang Ibu sudah merasa bahwa keputusannya
benar dan sudah banyak referensi tetapi masih ada orang yang menganggap itu
salah? Tetaplah percaya diri. Itu kunci utamanya. Semua saran memang harus
didengarkan, tetapi tidak harus diterapkan. Bagaimana jika kita pada posisi
sebagai orang yang memberi saran? Berlapang hati merupakan suatu keharusan bila
saran tidak diterapkan, hargailah seorang Ibu yang sedang mengusahakan hal
terbaik untuk anaknya tersebut.
Saya pernah membaca di sosial media. Ada seorang Ibu yang
bercerita bahwa dia sedang mengusahakan ASI eksklusif tanpa makanan pendamping
apapun untuk bayinya hingga usia 6 bulan. Suatu hari bayinya menangis, sang Ibu
yakin penyebabnya bukanlah ASI yang kurang, tetapi orang di rumahnya
berpendapat bahwa bayi itu lapar dan harus diberi makanan (bukan ASI ataupun
susu formula). Parahnya saat sang Ibu mandi, bayi tersebut diberi makan pisang
oleh orang di rumah. Terkejutlah Ibu tersebut setelah selesai mandi dan
langsung menangis. Jika sang Ibu juga berencana memberi makanan pendamping tentu saja hal itu bukan masalah. Sayangnya, ada orang yang memutuskan suatu hal terhadap sang bayi tanpa menanyakannya kepada Ibu tersebut. Saya ikut sedih saat membaca cerita itu. Sebenarnya sang Ibu sudah yakin dan memiliki keteguhan hati, sayang ada pihak lain yang menggagalkan rencana baiknya.
Mengenai perbedaan pendapat, banyak juga pro kontra mengenai memberi MPASI untuk bayi
yaitu mana yang terbaik antara BLW (Baby
Led Weaning) dan spoon feeding, atau
justru kombinasi antara keduanya. Pemilihan menu spoon feeding pun juga ada perbedaan pendapat, antara diawali dengan menu tunggal atau langsung menu 4 bintang. Sebenarnya
hal tersebut tidak perlu dirisaukan. Yang terbaik bagi bayi adalah keyakinan
Ibunya dalam mengambil keputusan dan tentu saja harus dilandasi pengetahuan
yang cukup mengenai hal tersebut. Percaya diri dibutuhkan di sini. Jangan mudah
tumbang dengan perkataan orang. Your babies need you, Mom. Babies don’t care about BLW, spoon feeding, or another method. They just need to
know that you are there for taking care of them.
So, be confidence Mom 😊