Jumat, 10 April 2020

Menyapih dengan Rela (Part 2)

Ini lanjutan dari Menyapih dengan Rela. Hari kedua, dia masih meminta ASI saat di mobil. Kami pun mengingatkan bahwa proses menyudahi ASI sudah dimulai dari tidak menyusu di mobil dan kemarin dia berhasil. Namun, ia tetap tidak mau meminum susu UHT-nya dan meminta ASI, lalu menangis. Beruntung, 5 menit kemudian kami sudah sampai di rumah. Dia pun teralihkan dengan bermain di rumah.

Hari ketiga, dia sudah mengerti bahwa tidak ada lagi menyusu di mobil. Dia meminum susu UHT atau melakukan hal lain. Yang jelas dia sudah tahu bahwa di mobil tidak minum ASI lagi.

Bagaimana bila perjalanannya cukup jauh? Alhamdulillah, dia tetap mengerti. Sebelum mulai proses sapih dia selalu meminta ASI saat akan tidur di mobil. Kini tidak lagi. Dia hanya minta untuk dipeluk, lalu akan tertidur begitu saja di perjalanan.

Alhamdulillah, artinya tahap pertama sudah terlalui. Sudah ada peningkatan dalam proses menyapih ini. Semua lancar. Rencananya setelah seminggu tahap pertama ini, kami baru akan lanjut ke tahap berikutnya.

Ketika akan lanjut ke tahap berikutnya, ternyata beberapa sanak saudara datang menginap beberapa hari di rumah. Akhirnya, kami memutuskan untuk tidak naik level dulu. Tujuannya agar situasi tetap nyaman. Ada banyak orang yang bukan biasanya di sekitar, mungkin dapat membuat putra kami tidak nyaman. Bila ditambah dengan melanjutkan proses sapih, takut dia akan rewel dan kami juga stres.

Benar saja. Dia yang sudah terbiasa tidak menyusu di mobil, waktu itu sempat rewel. Saat itu kami sedang pergi bersama-sama. Jadi, kondisi mobil cukup penuh. Tidak seperti biasanya yang hanya saya, dia, dan ayahnya.

Saya tahu waktu itu jam tidur siangnya agak tertunda. Dia sudah tampak sangat mengantuk. Hingga akhirnya dia menangis. Menangis sangat keras dan cukup lama. Bisa dikatakan bahwa ini tangisannya yang paling heboh selama proses menyapih. Sudah lama menangis dalam pelukan saya pun dia tak kunjung tenang. Sedih rasanya melihat dia berjuang. Saya tetap memeluk dan menenangkan. Akhirnya, dia tertidur juga. Lega rasanya. Saya pun semakin yakin memutuskan untuk tidak lanjut ke level selanjutnya dahulu hingga situasi kondusif dan nyaman bagi buah hati.

Kadang sedih kalau ada orang yang menyepelekan proses menyapih. Menganggapnya hal mudah. Hanya menghentikan ASI. Padahal prosesnya butuh hati. Butuh saling pengertian antara sang anak dan orang sekitarnya.

Setelah situasi nyaman dan terkendali, proses menyapih berlanjut ke level berikutnya. Saat di rumah, anak kami tetap boleh menyusu pada jam tidur. Namun, di luar jam tidur hanya boleh menyusu satu kali.

Alhamdulillah, dia cepat mengerti. Hari pertama langsung berjalan lancar. Setelah beberapa hari langsung lanjut lagi ke level selanjutnya, yaitu hanya menyusu saat jam tidur. Apakah dia bisa? Kita lanjutkan di tulisan selanjutnya, yaitu Menyapih dengan Rela (Part 3).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menyapih dengan Rela (Last Part)

Langsung kita lanjutkan postingan sebelumnya, yaitu Menyapih dengan Rela (Part 3) . Sakit membuatnya jauh dari kata nyaman. Nafsu makan pun ...